Seperti makhluk hidup, sebuah brand pun haruslah benar-benar hidup dan punya "nyawa". Ketiadaan "nyawa" dalam suatu brand akan berujung pada sulitnya masyarakat untuk mengenal dan membangun relasi dan kedekatan emosional yang kuat dengan brand tersebut. Untuk itu, sebuah brand betul-betul harus hidup agar benar-benar bisa dirasakan kehadiran dan identitasnya oleh banyak orang.
Lantas, bagaimana caranya menghidupkan bisnis kamu?
Enter: Tone of Voice!
Cara suatu brand menyampaikan identitas dirinya kepada masyarakat umum dikenal sebagai tone of voice. Hal ini meliputi beragam hal, mulai dari pemilihan warna, pemilihan font atau jenis huruf, hingga desain dan elemen grafis yang dipakai. Melalui pemilihan yang tepat dari beberapa aspek ini, kamu dapat membentuk tone of voice yang kamu harapkan.
Tone of voice yang kamu bawakan untuk brand kamu akan membawa brand kamu untuk menyasar dan menggaet target pasar yang kamu inginkan. Selain itu, tone of voice menentukan sekali kepribadian atau atmosfer dari brand kamu.
Sederhananya, tone of voice adalah bagaimana cara kamu berkomunikasi kepada khalayak ramai dan merupakan bagian dari proses kreatif dalam membangun branding untuk brand kamu.
Untuk menentukan tone of voice dari brand kamu, selalu tanyakan kembali kepada diri kamu sendiri: Apa identitas yang ingin kamu bentuk dari brand kamu? Apakah kamu ingin menjadikan brand kamu sebagai brand yang serius atau terkesan formal? Atau kamu ingin menjadi brand yang fun atau friendly untuk orang-orang? Tanyakan juga value apa yang ingin kamu usung dari brand kamu. Beragam value yang kamu usung akan menjadi fondasi dan petunjuk yang akan membawa kamu membentuk identitas bisnis kamu dengan jelas.
Dengan memiliki tujuan yang spesifik, tone of voice kamu mudah dibentuk dan identitas bisnis kamu akan lebih jelas.
Selanjutnya, cari tahu siapa saja audiens yang ingin kamu sasar. Memahami siapa yang ingin kamu sasar akan membantu kamu untuk lebih mudah menggaet orang-orang yang berpotensi punya kedekatan dan koneksi dengan brand kamu. Kenali bagaimana mereka berkomunikasi, kepribadian mereka, dan bagaimana mereka berperilaku.
Jangan sampai kamu mengusung tone of voice yang serius atau formal namun justru menargetkan anak muda dan milenial yang baru masuk kuliah sebagai target pasar utamanya.
Setiap media atau saluran komunikasi punya audiens yang berbeda-beda. Alhasil, hal ini pun menentukan style komunikasi dan berbahasa yang juga berbeda dari tiap media komunikasi tersebut.
Ketika membentuk tone of voice, hal ini perlu menjadi bahan pertimbangan kamu. Kesalahan memilih media komunikasi akan berujung fatal. Pasalnya, kamu akan sulit hingga bahkan gagal membangun kedekatan dan koneksi emosional di dalam diri orang-orang yang tepat terhadap brand kamu. Mengetahui dan memahami media komunikasi yang sesuai dengan brand kamu akan memungkinkan kamu untuk lebih mudah menggaet orang yang tepat untuk brand kamu dan menegaskan identitas brand kamu.