Dead stock di dalam gudang adalah salah satu kondisi yang paling ditakuti oleh para pemilik usaha.
Kalau dead stock sampai hadir di gudang kamu, kamu bisa-bisa menelan banyak kerugian, baik dari segi keuangan maupun penjualan.
Oleh karenanya, kamu bisa memakai dua metode manajemen stok barang yang sama-sama cocok untuk mengelola dead stock, yaitu metode FIFO dan FEFO.
Keduanya memang cocok untuk mengelola dead stock, tapi usaha mana saja yang cocok memakai metode FIFO dan FEFO?
Metode FIFO (First In, First Out) pada dasarnya adalah metode manajemen stok barang di mana kamu mengelola barang berdasarkan urutan masuk barang tersebut ke dalam gudang kamu.
Artinya,
Contoh sederhana dari cara kerja metode FIFO sederhananya begini.
Misalkan kamu memiliki dua buah produk sepatu yang sama (Katakanlah A dan B). Produk A masuk tanggal 10 Juni 2023, sementara produk B masuk tanggal 11 Juni 2023.
Meski produknya sama, dengan metode FIFO, kamu harus menjual produk A terlebih dahulu. Pasalnya, produk A masuk ke gudang terlebih dahulu.
Salah satu keuntungan dari memakai metode FIFO adalah menghindari terjadinya penumpukan dead stock.
Dengan menghindari penumpukan dead stock, maka kamu akan terbebas dari sejumlah risiko, seperti kerugian karena produk nggak terjual sampai dengan membengkaknya biaya manajemen gudang.
Cara kerjanya yang sederhana membuat FIFO sangat mudah diterapkan untuk segala jenis usaha, termasuk usaha kecil dan menengah.
Hal ini dikarenakan metode ini mengikuti proses atau flow yang alami dari manajemen stok barang, yakni penjualan produk berdasarkan tanggal masuknya ke gudang.
Metode FIFO akan cocok untuk barang-barang yang sifatnya jadi tren, seperti apparel. Meski begitu metode ini juga cocok untuk FIFO.
Metode FEFO (First Expired, First Out) adalah metode manajemen stok barang di mana kamu mengelola barang berdasarkan tanggal kadaluarsa yang paling dekat.
Artinya, dengan metode ini, kamu memastikan agar setiap produk bisa terjual sebelum tanggal kadaluarsanya tiba dan produk tersebu tetap segar dan layak pakai ketika tiba di tangan pelanggan.
Kali ini, kita akan memakai contoh yang berbeda untuk diterapkan di metode FEFO.
Misalnya kamu apotek yang menjual produk obat yang sama (Katakanlah A dan B). Produk obat A yang ada di gudangmu punya tanggal kadaluarsa 24 Juni 2023, sementara produk obat B punya tanggal kadaluarsa 27 Juni 2023.
Dengan memakai metode FEFO, kamu perlu menjual produk obat A terlebih dahulu karena tanggal kadaluarsanya yang lebih dekat dibandingkan obat B.
Dengan metode FEFO, kamu bisa menghindari dead stock yang kemudian berubah menjadi stok barang kadaluarsa. Hal ini dikarenakan kamu harus menjual produk yang paling dekat tanggal kadaluarsanya.
Kamu pun nggak perlu menanggung kerugian karena harus membuang atau menyingkirkan stok barang yang kadaluarsa.
Dengan menjual produk yang belum kadaluarsa, pelanggan bisa tetap menerima produk yang masih layak pakai. Hal ini turut berpengaruh pada kepuasan pelanggan atas kualitas produk yang mereka beli.
Karena fokusnya adalah menjaga kesegaran stok barang dan menghindari stok barang yang kadaluarsa, FEFO adalah metode yang sangat cocok untuk diterapkan pada usaha yang memiliki produk yang punya tanggal kadaluarsa cepat.
Oleh karenanya, usaha yang cocok memakai metode FEFO adalah usaha yang menjual produk seperti sembako, bahan pangan, sampai obat-obatan.
Dari penjelasan di atas, kedua metode manajemen stok barang tersebut memang cocok untuk dead stock. Namun, yang membedakan adalah industri atau usaha yang cocok untuk menerapkannya.
Kalau kamu menggunakan Onstock dan memakai metode FIFO, kamu nggak akan kewalahan mengelola stok barang kamu karena sistem di Onstock memang menggunakan prinsip-prinsip metode FIFO.
Namun, kalau kamu menggunakan metode FEFO, kamu tetap bisa menggunakan Onstock. Pasalnya, Onstock menyediakan fitur reminder untuk mengingatkan kamu soal stok barang yang akan kadaluarsa. Alhasil, kamu tetap bisa menjual stok barang sebelum kadaluarsa!