Ketika akan menjual produk, kamu akan mengenal dua metode penjualan produk yang paling umum dipakai: Hard selling dan soft selling.
Dua metode ini populer dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing, meskipun kini penggunaan soft selling mulai merangkak naik di berbagai usaha.
Dalam artikel ini, kamu akan belajar lebih banyak soal dua metode penjualan tersebut dan mengetahui mana yang paling tepat kamu gunakan untuk menjual produkmu.
Metode hard selling adalah metode penjualan produk yang biasa dilakukan secara langsung dan blak-blakan kepada pelanggan.
Metode ini dikenal karena pendekatannya yang agresif dan mungkin terkesan memaksa pelanggan untuk membeli produkmu. Efeknya, transaksi bisa diraih hanya dalam waktu cepat.
Contoh sederhana dari metode hard selling bisa kamu temukan di berbagai booth yang ada di mall atau di live sale yang ada di platform eCommerce.
Hard selling yang sifatnya langsung dan cepat bisa memberikan urgency atau dorongan yang tergesa-gesa ke pelanggan untuk bertindak cepat dalam membeli produkmu. Mereka bisa membeli produkmu tanpa banyak dan lama berpikir. Selain itu, metode ini juga efektif untuk diterapkan untuk penjualan yang berbasis komisi.
Namun, kekurangan terbesar dari metode ini adalah besarnya potensi untuk membuat pelanggan terganggu atau merasa tidak nyaman. Bila terganggu, mereka akan mengabaikan tawaranmu.
Adanya kesan memaksa atau agresif dari hard selling sangat berisiko besar buat usahamu karena bisa memperburuk persepsi pelanggan terhadap usahamu. Mereka bisa mencap usahamu secara negatif dan akan menghindarimu di masa depan.
Berbeda dengan hard selling yang cenderung agresif, soft selling lebih fokus pada hubungan positif dengan pelanggan. Metode ini berusaha menciptakan relasi yang baik dengan pelanggan sampai usahamu bisa memberikan produk yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pelanggan.
Dengan tingginya kesadaran pelanggan akan brand yang benar-benar memperhatikan dan peduli terhadap pelanggannya, metode soft selling jadi lebih populer di era modern, terlebih lagi seorang pelanggan ingin agar kebutuhannya bisa dipenuhi dengan sesuai.
Soft selling akan mempermudahmu menciptakan hubungan yang positif dengan pelangganmu. Hubungan ini bisa diraih dengan pendekatan yang interaktif dan kepedulian personal terhadap setiap pelanggan.
Tindakan ini akan menciptakan efek selanjutnya, yakni pelanggan yang semakin loyal. Karena kamu bisa membangun relasi yang baik dengan pelangganmu dan mampu memberikan mereka apa yang mereka inginkan, loyalitas pelanggan pun semakin terjamin.
Berbanding terbalik dengan hard selling yang bisa membawamu pada transaksi yang cepat, soft selling membutuhkan waktu yang lama untuk berproses. Kamu harus bersabar dalam berinteraksi dan membangun relasi dengan pelanggan sampai kamu bisa memenuhi kebutuhan dan keinginannya.
Memilih melakukan hard selling atau soft selling kembali lagi kepada tujuanmu sebagai sebuah usaha, jenis produkmu, dan tujuan pemasaranmu.
Kalau kamu adalah usaha yang berbasis komisi dengan produk yang single purchase dan cara pemasaranmu cenderung langsung, hard selling bisa menjadi jawaban yang tepat untuk usahamu.
Namun, kalau kamu adalah usaha yang punya value yang fokus pada pelanggan dan menginginkan repeat purchases serta ingin membangun relasi yang jangka panjang, terutama secara online, soft selling mesti jadi pilihanmu.